Cerita Pertanian Daerahku, Perpustakaan Nasional untuk Edukasi Pertanian Indonesia

Perpustakaan nasional terletak di Jakarta Pusat—sebelah monas. Perpustakaan ini terdiri dari 24 lantai yang menyediakan banyak fasilitas dan daya tarik per lantainya. Meskipun kita bisa bebas keluar masuk antar lantai, sebenarnya secara aturannya, dibutuhkan kartu keanggotaan untuk bisa mengakses lantai-lantai atas.

Keanggotaan ini dapat didapatkan di layanan keanggotaan di lantai 2. Pelayanannya pun cepat, hanya mendaftar melalui komputer lalu menunggu antrian. Meskiun lama di antrian, setiap orangnya hanya akan dicek kembali informasi yang diinput lalu diabil foto di tempat. Sekejap kemudian , kartu pun jadi.

Dengan kartu tersebut, kita dapat menggunakan fasilitas peminjaman buku dan mengakses lantai-lantai tertentu yang mengharuskan pengunjung menitipkan kartunya di meja staf. Disediakan pula fasilitas internet dan lantai multimedia di lantai 23. Tak lupa juga fasilitas ruangan anak dan lansia, kantin, dan musholla yang nyaman dan apik. Perpusnas juga memajang manuskrip-manuskrip kuno bersejarah yang dapat dilihat oleh pengunjung.

Perpusnas dapat memberi sumbangsih kepada pertanian dalam bidang penyediaan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat. Masyarakat dpat mencari informasi yang dibutuhkan dengan berkunjung dan memanfaatkan segala fasilitas yang ada. Tidak hanya untuk bekerja dan serius-serius amat, Perpusnas pun telah menjadi spot wisata dengan identitasnya sebagai perpustakaan tertinggi.

Bila membicarakan peran Perpusnas, tentu banyak sekali. Dari pendidikan hingga pertanian. Pertanian pun tentu membutuhkan pendidikan agar dapat maju. Tidak bida dipungkiri pula, bahwa permasalahan pertanian muncul dari kurangnya penyebaran informasi mengenai pertaian itu sendiri dalam artian luas. Kurangnya informasi pun dapat menjadi penyebab dari ketidakpedulian masyarakat terhadap pertanian—bahwa pertanian itu kuno dan enggak asik.

Permasalahan di Tempat

Akan tetapi, budaya masyarakat Indonesia yang dikatakan kurang gemar membaca menjadi tantagan dalam hal ini. Masyarakat sendiri dapat mencari informasi baik dalam bentuk buku maupun melalui komputer atau laptop. Namun banyak orang yang cenderung malas untuk datang, apalagi dengan minat membaca yang rendah. Masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang cepat dan instan sperti dalam tips-tips di internet atau fakta unik di televisi.

Bicara Solusi

Hal ini dapat kita perbaiki dengan marketing yang baik. Tidak hanya marketing Perpusnas—yang saya rasa memang sudah memadai dengan diadakannya pameran dan banyaknya kunjungan dari sekolah-sekolah—melainkan juga marketin sesama masyarakat. Untuk memupuk kegemaran membaca tentunya butuh lingkungan yang tepat. Kita dapat mewujudkan ini dengan menunjukkan keseruan dari mengetahui banyak hal—tidak untuk bertindak sok tahu, tentunya.

Jika model hijab, gadget, dan game online dapat menjadi tren, kita tentu boleh berpikir positif bahwa suatu saat membaca dapat menjadi tren. Bukankah keren kalau suatu ketika semua orang akan saling berlomba-lomba membaca? Dan semua ini dapat menjadi mungkin dengan langkah-langkah kecil kita bersama, dengan Perpusnas sebagai ‘prasasti’ perjalanan ini.

Nonton Vlog, Yuk!

Berikut adalah screenshot dari video blog (vlog) yang dibuat di Perpustakaan Nasional di Jakarta.
Untuk melihat video lengkapnya, silakan kunjungi Instagram saya.
Ratasha Zahwanda Rachmani, putri daerah Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar