Cerita Pertanian Daerahku, Menggali Potensi Salak di Banjarnegara Menuju Inovasi Pangan dan Energi Berkelanjutan

Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di Utara, Kabupaten Wonosobo di Timur, Kabupaten Kebumen di Selatan, dan Kabupaten Banyumas dan Purbalingga di Barat.

Banjarnegara memiliki banyak sekali potensi di bidang pertanian yang masih perlu untuk dikembangkan kedepan. Salah satunya adalah buah salak.

Potensi Salak Banjarnegara

Perkebunan buah salak di Banjarnegara dikenal sebagai perkebunan yang terbesar yang ada di Jawa Tengah. Persebaran buah salak di banjarnegara tersebar di 18 kecamatan yang ada. Hingga saat ini salak Banjarnegara telah di ekspor ke berbagai kota yang ada di Indonesia. Jenis salak yang dibudidayakan terdiri dari dua macam yaitu salak pondoh dan salak lokal dengan perbandingan 50% : 50%.

Pusat penghasil salak terbesar berada di kecamatan Banjarmangu, Madukara, dan Pagentan. Salak Banjarnegara memiliki keunggulan yaitu ukuran buahnya yang lebih besar, warna kulit buahnya kuning langsat dan rasanya yang khas dan berlendir.

Proses penanaman dan pemeliharaan salak pondoh banjarnegara yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan bercocok tanaman padi atau buah-buahan lain membuat salak pondoh lebih digemari petani.

Permasalahan di Tempat

Besarnya potensi buah salak yang ada di Banjarengara tidak serta merta lepas dari setiap permasalahan. Salah satu masalah yang sering dihadapi petani salak adalah perihal harga salak yang tidak menentu dan kerap merugikan petani.

Harga salak yang rendah pada saat musim panen raya menjadi kendala petani untuk memaksimalkan keuntungan. Salak yang ada di Banjarnegara belum termanfaatkan dengan maksimal untuk masuk sektor industri. Hal tersebut membuat nilai buah salak menjadi rendah yang hanya dikonsumsi sebagai buah semata.

Selain itu banyak buah salak yang membusuk di pasar akibat banyaknya stok salak dan minimnya pembeli.

Bicara Solusi

Melihat kondisi tersebut sebenarnya banyak masyarakat mulai berupaya untuk mengolah kembali buah salak menjadi sesuatu yang bernialai tinggi.

Inovasi pelajar salah satu sekolah di Banjarnegara pernah membuat Briket yang terbuat dari biji salak yang sudah tidak tepakai atau seudah terbuang. Briket biji salak tersebut ramah lingkungan dan sangat membantu masyarakat menangani krisis energi yang kerap kali muncul di Indonesia.

Selain itu beberapa masyarakat juga pernah  membuat olahan buah salak menjadi kripik salak, sirup salak, mie salak, brownis salak dan berbagi olahan lain. Namun hal tersebut masih kurang karena minimnya sektor industri yang masuk.

Solusi dari masalah-masalah tersebut terletak dari peran pemerintah untuk menarik sektor industri dan investasi serta perhatian pemerintah terhadap harga salak yang kerap fluktuatif dan tidak menentu. Pemerintah harus serius melihat potensi yang ada melalui buah salak untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat serta untuk mempromosikan buah salak kepada dunia.

Nonton Vlog, Yuk!

Berikut adalah screenshot dari video blog (vlog) yang dibuat di Perkebunan Salak di Banjarnegara.
Untuk melihat video lengkapnya, silakan kunjungi Instagram saya.

Eko Yuli Prabowo, putra daerah Banjarnegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar